Kali
ini Aku tidak memintanya untuk menahan diri,
Sebab
akupun telah jemu melayaninya, Tubuhnya yang bau, lidahnya yang penuh bualan
dan suaranya yang nyaring, itulah IBLIS
KEPARAT.
Sejujurnya
ingin sekali aku membunuhnya, tapi aku tidak bisa dan aku harus terbiasa dengan
ini bahkan lebih dari itu, telah ku sayangi dia dan telah ku jaga perasaanya
dengan Penuh Kesabaran, sebab aku tidak sanggup melihatnya kalah. Namun aku
salah dan aku sangat menyesal sebab KESABARANKU
itu telah membuatnya jemu dan dia memutuskan untuk pergi.,
Meski
aku tidak melerainya, namun jujur harus aku katakan bahwa aku mulai takut
kehilanganya, "jika itu merupakan keputusanmu, maka harus kurelakan kepergianmu,
jika saja sehari lagi kita bisa bersama, pasti kita bisa jadi teman sejati" kataku sambil memegang tangannya yang
gemetar, "baiklah kawanku, selamat
jalan saja, jika suatu saat kau kedinginan. Maka jangan sungkan untuk mampir di
gubuk ini lagi" lanjutku,,
sesaat ia tunduk, kulihat matanya lembab namun dia berusaha menyembunyikannya,
dan dia berkata "selamt tinggal sahabatku, aku kira ini akhir yang baik bagi
kita"., dia pun pergi melewati jalan setapak, menyusuri lorong-lorong
kota santri.
Sejak
itu aku tidak pernah melihatnya lagi, ya barangkali IBLIS itu telah binasa,
smoga saja belum, sebab masih aku inginkan pertemuan ke dua dengannya.. IBLIS
keparat, iblis laknat.
SEKARANG, setelah sekian lama aku tidak
melihatnya, jujur aku sangat merindukannya, merindukan bualannya, merindukan
omong kosongnya, aku rindu dengan bau tubuhnya, aku rindu segalanya, aku sepi
tanpanya.
Beberapa
bulan lalu aku dapat kabar jika dia ada di suatu rumah di lereng gunung
cikuray, aku kejar kesana namun penghuni rumah mengatakan dia sudah lama pergi.
Ohhhh IBLIS, kawanku, sahabatku. Dimanakah engkau.?
Kemarilah, kunjungi aku di gubuk yang biasa kita bertemu, aku janji kali ini
aku akan jadi sahabat yang buruk buatmu, agarengkau betah dan mau berlama lama
di sisiku
Oleh : Iwan Sunarya (Pegiat Tarekat Moderen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar