Minggu, 21 April 2019

Hese Jeung Nu Gelomah


"Pemilu kali ini merupakan pemilu paling buruk sepanjang sejarah indonesia, dimana kita lihat deretan panjang pelanggaran yang tersetruktur, menyeluruh dan masif". Slogan JURDIL kini sudah tidak dipake lagi, dimana Kejujuran sudah hilang, Keadilan tidak kita saksikan lagi, panitia lebih memprioritaskan Kerahasiahannya, padahal prinsif dasar pemilu harusnya kejujuran dan keadilan, jika kedua hal tersebut dijaga dengan baik. Maka sudah dipastikan hajat demokrasi ini akan meriah dan bisa dinikmati oleh seluruh warga negara republik indonesia.
Selain JURDI, Tahun sebelumnya kita sering mendengar selogan pemilu  "LUBER" (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia). Sekarang Coba kita lihat, apa LUBER ini masih ada.? Kata Pa Sukrowo yang akrab dipanggil romo itu,  Kalau LOBER iya ada dimana mana, saya penasaran untuk bertanya, "Sorry LOBER itu apa ya..?" Oh Mas Belum Tau ya..? Sambungnya, Gini LOBER itu maksudnya Lo Brengsek, hahahaha. Dia tertawa sambil melanjutkan udud bako menyannya.
Ok kita balik lagi,  Saya kira semua kebaikan itu sudah hilang.di telan ambisi dan arogansi, JURDIL, LUBER keduanya entah kemana. Ini bahaya sekali sebab sama halnya dengan menempatkan bangsa ini di bibir jurang, hanya butuh Usik sedikit saja kita akan jatuh terperosok ke dasarnya.
Parahnya lagi dua kubu yang ikut berkontestasi bagaikan Cebong dan Kampret, ya tidak nyambung sebab mereka melihat satu hal dari dua sisi yang berbeda, dua duanya memiliki nilai kebenaran atau juga sebaliknya salah dua duanya. Kita ambil contoh adanya pelanggaran pemilu, bangsa kampret mengatakan "01 telah menodai amanat demokrasi dengan ditemukannya surat suara yang sudah tercoblos, nginput hasil pemilihan yang salah atau tidak sesuai dengan yang sebenarnya, adanya bukti money politik yang masif dan banyak lagi pelanggaran yang ditemukan". Lalu bangsa Cebong dengan bangganya mengatakan "kalau memang ada bukti ya laporkan saja, jangan malah menyebar Hoax dan menebar kebencian."
Ada juga pihak lain yang berkomentar dengan datar "bener hese ngobrol jeung nu gelomah" akhirnya semua merasa benar, pihak lain 100%  salah, ini bukti hilangnya kejujuran dan ternodanya keadilan, orientasi kebendaan total sudah menjadi target semua kita.
Jika terus begini, Entah apa yang akan terjadi esok hari, saya tidak yakin jika kita akan baik baik saja dan memang baik saja tidak cukup.
Wallaahu'alam


Iwan Sunarya (Asisten Rumah Tangga yg diperas Keringatnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar